Hati-hati! Pewarna Makanan dengan Kode Ini Bisa Memicu Risiko Radang Usus

27 Desember 2022 8:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi camilan dengan tambahan pewarna makanan. Foto: Fauzan Fitria/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi camilan dengan tambahan pewarna makanan. Foto: Fauzan Fitria/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Penggunaan pewarna makanan dikenal dapat membuat hidangan terlihat lebih menarik. Namun, studi terbaru menjelaskan bahwa penggunaan pewarna makanan dengan kode ini secara berlebih dapat berpotensi memicu risiko radang usus.
ADVERTISEMENT
Mengutip New York Post, penggunaan pewarna makanan yang ditemukan pada aneka camilan memiliki potensi berbahaya bagi usus. Studi dari Nature Communications pada tahun 2022, mengungkapkan bahwa pewarna makanan dapat meningkatkan risiko penyakit radang usus yang memengaruhi sekitar 3 juta orang Amerika Serikat.
"Apa yang kami temukan mengejutkan dan mengkhawatirkan, karena pewarna makanan sintetis yang umum ini adalah makanan yang mungkin memicu IBD (penyakit autoimun)," kata Waliul Khan selaku peneliti Universitas McMaster dan penulis penelitian tersebut.
Waliul juga menjelaskan bahwa maraknya pewarna makanan sintetis yang banyak digunakan menjadi hal yang patut kita waspadai. Hal itu karena penggunaan pewarna makanan tersebut dapat memicu bahaya bagi kesehatan.
Ilustrasi keripik. Foto: dok.shutterstock
Berdasarkan studi, zat aditif tersebut dilambangkan dengan kode Red 40 atau Allura red pada tabel komposisi. Pewarna dengan kode ini banyak digunakan pada merek makanan atau minuman populer termasuk jenis keripik, minuman soda, dan bahkan pada beberapa kosmetik.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti dari Kanada mempelajari sekelompok tikus yang diberi Red 40 dalam dosis tinggi selama 12 minggu. Mereka menganalisis pewarna sintesis dalam sel usus neuroendokrin yang berperan menimbulkan gejala peradangan usus; seperti sakit perut, kembung, diare, hingga buang air berdarah.
Lebih lanjut dalam penelitian tersebut juga menemukan pewarna makanan ini akan mengganggu bakteri sehat dalam usus besar sekelompok tikus tersebut. Hal itu menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Bukan tidak mungkin hal serupa akan terjadi pada manusia apabila mengonsumsi pewarna makanan dalam jumlah yang lebih tinggi.
Ilustrasi camilan dengan tambahan pewarna makanan. Foto: Paco Romero/Shutterstock
“Literatur menunjukkan bahwa konsumsi Allura Red juga memengaruhi alergi tertentu, gangguan kekebalan tubuh, dan masalah perilaku pada anak-anak seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD),” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Untuk lebih lanjut, Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat juga memberikan batasan jumlah pewarna makanan yang dapat digunakan. Mereka menyarankan untuk konsumsi harian, sebaiknya tidak melebihi 3,2 miligram per 0,45 kg berat badan seseorang.
Oleh karena itu, ada baiknya mulai membatasi mengonsumsi camilan atau minuman yang menggunakan bahan pewarna makanan tersebut. Mulailah menjalani pola makan lebih sehat dengan mengonsumsi makanan yang menggunakan pewarna alami.
Penulis: Monika Febriana